Kamis, 11 Oktober 2012

Badai Matahari dan Semburan Matahari



Badai matahari adalah isu yang meluas akhir-akhir ini. Banyak orang mencemaskannya, bahkan menganggapnya sebagai akhir dunia. Tetapi, apakah badai matahari itu? “Badai matahari” (solar storm) pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan “semburan matahari” (solar flare). Jika kekuatan semburan matahari atau solar flare ini besar, maka akan disebut sebagai badai matahari (solar storm).

Semburan matahari adalah saat dimana ada “titik cerah” atau “ledakan energi” di atas permukaan matahari. Para ahli menyatakan bahwa titik cerah ini ditafsirkan sebagai pelepasan energi yang sangat besar (hingga 6×1025 joule , sekitar 1/6 output total energi matahari per detik). Ledakan ini menyemprotkan awan elektron, ion, dan atom melalui korona ke ruang angkasa. Jika cukup besar, maka awan tersebut akan mencapai bumi dalam satu atau dua hari.

Pada peristiwa ini, ketika media plasma di permukaan matahari ‘terpanggang’ hingga jutaan derajat celcius, media plasma tersebut akan ‘pecah’ dan meluncurkan berbagai partikelnya (elektron, proton, ion) dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Lontaran energi ini bisa menghasilkan radiasi sinar pada seluruh spektrum elektromagnetik, dari gelombang radio biasa, sinar-x, hingga sinar gamma. Jarang sekali lontaran energi yang berbentuk gelombang ini dapat dilihat dengan mata telanjang, di butuhkan berbagai peralatan khusus untuk mengamatinya. Sinar-X dan radiasi UV yang dipancarkan oleh badai matahari ini dapat mencapai ionosfer bumi dan mengganggu komunikasi radio, radar, internet, dan perangkat lain yang beroperasi dengan menggunakan gelombang. Ia tidak menimbulkan ‘badai’ dalam arti yang sesungguhnya (hujan, angin tornado, dan sebagainya).

Solar flare pertama kali diselidiki oleh Richard Christopher Carrington dan independen oleh Richard Hodgson pada tahun 1859. Frekuensi terjadinya badai matahari sangat bervariasi, dari sekali seminggu hingga beberapa kali sehari, mengikuti siklus 11-tahun (siklus matahari).

 

Badai Matahari : Apakah Berbahaya ?

Berbahaya atau tidaknya badai matahari sangat tergantung dari kekuatannya, tetapi yang jelas, ia hanya mengakibatkan berbagai kerusakan atau gangguan pada peralatan berbasis frekuensi saja. Badai matahari yang paling kuat yang pernah diamati terjadi pada tanggal 1 September 1859, dan dilaporkan oleh astronom Inggris Richard Carrington dan Richard Hodgson. Peristiwa ini dinamai “Solar Storm 1859″ atau “peristiwa Carrington”. Badai ini dapat terlihat oleh mata telanjang (dalam cahaya putih), dan menghasilkan aurora yang menakjubkan di daerah tropis seperti Kuba atau Hawaii. Peristiwa ini dilaporkan menyebabkan banyak alat telegraf waktu itu mati. Badai matahari tersebut juga meninggalkan jejak pada es di Greenland dalam bentuk nitrat dan berilium-10.

Di zaman modern, badai matahari besar pernah terjadi pada 4 November 2003, kemudian juga terjadi pada tanggal 2 April 2001 (X20), 28 Oktober 2003 (X17.2 & X10), 7 September 2005 (X17), 17 Februari 2011 (X2), 10 Agustus 2011 (X6.9), serta yang terjadi pada awal tahun 2012 ini.

Yang perlu diwaspadai dari badai matahari pada jaman modern di mana perkembangan iptek sangat maju ini adalah justru karena tidak berfungsi atau rusaknya berbagai sarana komunikasi, terutama yang berada di luar angkasa seperti satelit. Rusaknya alat-alat komunikasi ini tentunya akan mengakibatkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Jaringan internet dan telepon yang terputus selama beberapa hari dan smartphone yang tidak berfungsi normal, tentunya membuat manusia modern menjadi sulit berhubungan apalagi saling terkoneksi dengan sitis jejaring sosial. Hal ini tentunya akan mengakibatkan kacaunya dunia bisnis dan komunikasi.

Sumber : http://ilmupengetahuan.org




Tidak ada komentar:

Posting Komentar